MAKALAH
PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM
“
SEPULUH LANGKAH MENUJU SUKSES DALAM ISLAM”
NAMA PENYUSUN :
Yoga Prasetio (
12140845 )
KELAS : 12.2I.07
BINA
SARANA INFORMATIKA
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Setiap
orang memiliki paradigma yang berbeda tentang arti sebuah kesuksesan karena
pada dasarnya kesuksesan dapat menjadi milik kita semua
hanya saja kita sering tidak tahu bagaimana cara
meraihnya, dan kami yakin semua orang pasti ingin sukses.
Dan
seiring dengan kemajuan dan keberhasilan IPTEK pada saat ini telah dapat
memberikan kemudahan dan kesenangan hidup manusia pada umumnya, maka secara
langsung berdampak pula pada semakin berkembangnya hajat manusia atas berbagai
sarana kehidupan untuk mempertahankan dan demi tercapainya tujuan hidup mereka,
baik lahir maupun tujuan kehidupan batinnya.
Namun
kebutuhan manusia tersebut kadang-kadang tidak semuanya terpenuhi karena
keterbatasan sumber daya manuisa itu sendiri dan keterbatasan sumber daya alam
yang ada dibumi. Bahkan dalam pemenuhan kebutuhan hidup, manusia tidak segan
lagi merusak, mengambil, dan melakukan perbuatan yang tidak lazim, hanya untuk mengeruk
kekayaan alam dan tidak menghiraukan akibat fatal yang akan terjadi nantinya,
sehingga berbagai macam bencana alam pun tidak bisa dihindari seperti banjir,
gempa bumi, keluarnya lumpur panas dari perut bumi, gunung meletus dan masih
banyak bencana yang lainnya, dan terkadang mereka tidak berfikir bahwa itu
semua terjadi karena ulah tangan mereka.
Dijaman
dulu bahkan sekarang masih ada manusia yang ingin meraih kesuksesan dalam
hidupnya dengan cara cepat dan tanpa berfikir positif, yaitu dengan menggunakan
cara-cara negative mengarah ke hal –hal yang ghoib yang akan menyesatkan hidup manusia tersebut. maka dari
hal tersebut, kami akan melakukan pembahasan mengenai “Sepuluh Langkah
Menuju Sukses Dalam Islam”
B.
Tujuan dan Manfaat Makalah
Adapun tujuan
penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Memenuhi
salah satu syarat nilai UAS Pendidikan Agama Islam Program
Studi DIII Jurusan Manajemen Informatika
Bina Sarana Informatika.
2.
Menambah wawasan
ilmu tentang 10 Langka Menuju Sukses Dalam
Islam.
3. Mendidik
untuk lebih mengerti dan berfikir positif dalam berbuat
C.
Sistematika Penulisan
Untuk
memberikan arah yang lebih jelas dan gambaran umum tentang makalah ini, maka penulis
membuat uraian singkat tentang isi setiap BAB dari makalah ini.
Sistematika
penulisannya adalah sebagai berikut :
BAB
I . PENDAHULUAN
Dalam
BAB ini berisi tentang latar belakang masalah, tujuan dan manfaat makalah dan
sistematika penulisan.
BAB
II. PEMBAHASAN
Dalam
BAB ini berisi tentang kerangka teori yang terdiri dari Umum, Pengertian
Sukses, Langkah – langkah menuju sukses dalam islam, konsep sukses menurut
Islam, kiat menjadi unggul dalam Islam.
BAB
III PENUTUP
Dalam BAB ini berisi tentang kesimpulan, dan saran yang bisa berguna bagi pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
BAB
II
PEMBAHASAN
B. Umum
B.1
Pengertian Sukses
Setiap
orang memiliki paradigma yang berbeda tentang arti sebuah kesuksesan karena
pada dasarnya kesuksesan dapat menjadi
milik kita semua hanya saja kita sering tidak tahu bagaimana
cara meraihnya.
Kesuksesan
adalah derajat keberhasilan seseorang dalam pemenuhan subjective terhadap
kebutuhan hidupnya (material maupun spiritual baik secara Quantitative maupun
Qualitative). Mengejar kesuksean hidup (secara keseluruhan) memang merupakan
idaman bagi setiap orang. Yang menjadi permasalahan, adalah bahwa kesuksesan
itu kerap kali terasa sebagai sesuatu hal yang tidak mudah atau bahkan sangat
sukar sekali untuk dicapai bagi kebanyakan orang. Dan pada skala yang lebih
extreme bahkan dapat terasa sebagai hal yang tidak mungkin dapat dicapai oleh
sekelompok orang tertentu.
Apalagi
dalam islam, kesuksesan tidak diukur dari sisi dunia semata melainkan harus
berorientasi pula pada akhirat. Itulah kesuksesan hakiki, saat berjumpa Allah
SWT kelak. Dalam Al-Qur’an Allah SWT menjamin rezeki bagi setiap mahluk
ciptaan-Nya, dan melebihi kepada sebagaimana diantara mereka sebagai
cobaan,atau ke-Taqwaanya kepada Allah SWT.
Kesuksesan
Hakiki dapat diperoleh jika kita adalah pemilik pribadi sukses,yaitu pribadi
yang selalu tenang,terencana,terampil ,tertib,tekun.tegar dan tawadhu(rendah
hati).selain itu,kita juga harus mempunyai kredibilitas yang tinggi. Dipercaya
karena kejujuran kita, kecakapan kita, dan kemampuan kita untuk selalu
mengembangkan diri Dunia-Akhirat.
B.2
Langkah-langkah Menuju Sukses Dalam Islam
Ada
beberapa cara yang diajarkan agama islam untuk dapat mencapai hidup bahagia, di
antaranya disebutkan oleh Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir As- Sa’di
rahimahullah dalam kitabnya Al- Wasailul Mufidah Lil Hayatis Sa’idah:
B.2.1 Beriman
dan beramal shalih
Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
مَنْ
عَمِلَ صَالِحاً مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ
حَياَةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ ماَ كَانُوا
يَعْمَلُوْنَ
“Siapa
yang beramal shalih baik laki-laki ataupun perempuan dalam keadaan ia beriman,
maka kami akan memberikan kepadanya kehidupan yang baik dan kami akan membalas
mereka dengan pahala yang lebih baik dari pada apa yang mereka amalkan.” (An-
Nahl:97)
Al-Hafidz
Ibnu Katsir rahimahlullah berkata: “Ini adalah janji dari Allah SWT kepada
orang yang beramal shalih yaitu amalan yang mengikuti Kitabullah wa Ta’ala,
baik dari kalangan laki-laki maupun perempuan dari keturuanan adam, sementara
hatinya beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Allah SWT berjanji untuk memberikan
kehidupan yang baik baginya di dunia dan membalasnya di akhirat dengan pahala
yang lebih baik daripada amalannya. Kehidupan yang lebih baik mencakup seluruh
kesenangan dari berbagai sisi. Diriwayatkan dari Ibnu’Abbas radhiallahu’anhuma
dan sekelompok ulama bahwa mereka menafsirkan kehidupan yang baik (dalam ayat
ini) dengan rezeki yang halal lagi baik (halal thayyiban), sementara Ali bin
Abi Thalib radhiallahu’anhu menafsirkannya dengan sifat qana’ah (merasa cukup),
demikian pula yang dikatakan Ibnu’Abbas,’Ikrimah dan Wahb bin Munabbih.Berkata’
Ali bin Abi Thalib dari Ibnu’Abbas : “Sesungguhnya kehidupan yang baik itu
adalah kebahagiaan.” Al-Hasan, Mujahid, dan Qatadah berkata : “ Tidak ada bagi
seorang pun kehidupan yang baik kecuali surga.” Sedangkan Adh-Dhahhak
mengatakan : “ Ia adalah rizki yang halal dan ibadah di dunia serta beramal
ketaatan dan lapang dada untuk taat.” Yang bener dalam hal ini adalah kehidupan
yang baik mencakup seluruh perkara tersebut.”(Tafsir Ibnu Katsir,4/421)
B.2.2
Banyak Mengingat Allah SWT (Berdzikir)
Karena dengan dzikir kepada-Nya akan diperoleh
kelapangan dan ketenangan, yang berarti akan hilang kegelisahan dan kegundah
gulanaan.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
أَلاَ بِذِكْرِ اللهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوْبِ
“Ketahuilah dengan mengingat (berdzikir) kepada
Allah akan tenang hati itu.” (Ar-Ra’d: 28)
Menurut para Ulama dzikir dibagi menjadi tiga
bagian, yaitu:
1) Dzikir
dengan lisan (dzikr bil al-lisan),
yakni membaca atau mengucapkan
kalimat-kalimat takbir, tasbih, tahlil dan lain sebagainya dengan bersuara.
2) Dzikir
dalam hati (dzikr bi al cjolb)
yakni membaca atau mengucapkan
kalimat-kalimat takbir, tasbih, tahlil dan lain sebagainya dengan membatin.
Tanpa mengeluarkan suara. Sebagian ulama menafsirkan dzikir dalam hati ini,
adalah bertafakkur (memikirkan/merenungi) berbagai ciptaan Allah SWT dan
kenikmatannya dengan penuh keyakinan, dan perasaan tulus. Inilah dzikir yang
dianjurkan oleh Rosulullah saw. Sebab itulah sebaik-baik dzikir kepada Allah
SWT.
3) Dzikir
dengan panca indra atau anggota badan (dzikr bi al-jawarih)
yakni menundukkan seluruh anggota badan
kepada Allah SWT dengan cara melaksanakan segala perintah dan meninggalkan
seluruh larangan-Nya. Dzikir dengan panca indra ini disebut juga dzikir fi’il,
yaitu mengingat Allah dengan perbuatan. Misalnya, melaksanakan ibadah (sholat,
puasa, dan lain-lainnya), menuntut ilmu, menengok orang sakit, bekerja mencari
rezeki yang halal, mencegah kemungkaran, menyuruh orang berbuat baik, dan lain
sebagainya.
B.2.3 Bersandar
Kepada Allah dan tawakkal pada-Nya, yakin dan percaya pada-Nya dan
semangat untuk meraih keutamaan-Nya.
Dengan
cara seperti ini seorang hamba akan memiliki kekuatan jiwa dan tidak mudah
putus asa serta gundah gulana.
Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللهِ فَهُوَ حَسْبُهُ
“
Siapa yang bertawakkal kepada Allah maka Allah mencukupinya.” (Atha-Thalaq:3)
B.2.4
Berbuat baik kepada mahluk dalam bentuk ucapan maupun perbuatan dengan ikhlas
kepada Allah dan mengharap pahala-Nya
Allah
Subahanahu wa Ta’ala berfirman:
لاَ خَيْرَ فِي كَثِيْرٍ مِّنْ
نَجْوَاهُمْ إِلاَّ مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوْ مَعْرُوْفٍ أَوْ إِصْلاَحٍ بَيْنَ
النَّاسِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ ابْتِغآءَ مَرْضَاةِ اللهِ فَسَوْفَ نُؤْتِيْهِ
أَجْرًا عَظِيْماً
“ Tidak ada kebaikan dalam kebanyakan bisikan-bisikan mereka kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) untuk bersedekah atau berbuat kebaikan dan ketaatan atau memperbaiki hubungan di antara manusia. Barang siapa melakukan hal itu karena mengharapkan ridho Allah, niscaya kelak kami akan berikan padanya pahala yang besar.”(An-Nisa:114).
Asy-Syaikh
Abdurrahman bin Nasir As-sa’di rahimahullah berkata menafsirkan ayat di atas:”
Yakni tidak ada kebaikan dalam kebanyakan pembicaraan diantara manusia dan
tentunya jika tidak ada kebaikan maka bias jadi yang ada adalah ucapan tak
berfaedah seperti berlebih-lebihan dalam pembicaraan yang mubah atau bias jadi
kejelekan dan kemudlaratan semata-mata seperti ucapan yang diharamkan dengan seluruh
jenisnya.
Kemudian
Allah SWT mengecualikan: “Kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh
(manusia) untuk bersedekah,” dari harta ataupun ilmu (dengan
mengajarkannya-pen) atau sesuatu yang bermanfaat, bahkan bias jadi masuk pula
disini ibadah-ibadah seperti bertasbih, bertahmid, dan semisalnya sebagaimana
Nabi Shallallahu ‘alaih wa sallam bersadba: “ Sesungguhnya setiap tasbih adalah
sedekah, setiap takbir adalah sedekah dan setiap tahlil adalah sedekah.
Demikian pula amar ma’ruf merupakan sedekah, nahi mungkar adalah sedekah dan
dalam kemaluan salah seorang kalian adalah sedekah (dengan menggauli
isti)…”(Taisir Al-Karimir Rahman, hal.202)
B.2.5
Ridha terhadap takdir Allah SWT
Kesuksesan
dapat diraih oleh mereka yang beriman kepada Allah SWT. Sedangkan, meyakini
ketentuan dan kekuasaan (qadha dan qadar) Allah SWT adalah bagian dari iman
kepada-Nya. Dan, ridha itu adalah bagian dari iman pada qadha dan qadar-Nya.
Oleh
karena itu, manusia wajib berhati-hati terhadap buaian angan dan dampak buruk
yang ditimbulkan. Dan, jika ia berkeluh kesah dengan ketentuan-Nya,pasti akan
celaka. Sabda Nabi SAW, Sesungguhnya Allah SWT berfirman :” Barangsiapa yang
tidak ridha dengan qadha dan qadar-KU dan tidak sabar terhadap bencana yang Aku
timpakan atasnya, maka sebaiknya ia mencari Tuhan selain Aku.(HR Thabrani).
B.2.6
Mencurahkan perhatian dengan apa yang
sedang dihadapi disertai permintaan tolong kepada Allah Shubahanahu wa
Ta’ala.
Tanpa
banyak berangan-angan (terhadap perkara dunia) untuk masa yang akan datang
karena akan berubah kegelisahan disebabkan takut/khawatir menghadapi masa depan
(di dunia) dan juga tanpa terus meratapi kegagalan dan kepahitan masa lalu
karena yang telah berlalu tidak mungkin dapat dikembalikan dan diraih.
Rasulullah
Shallallahu’alaih wa sallam bersabda :
اِحْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ
وَاسْتَعِنْ بِاللهِ وَلاَ تَعْجزْ، وَإِذَا أَصَابَكَ شَيْءٌ فَلا تَقُلْ: لَوْ
أَنِّي فَعَلْتُ كَذَا كَانَ كَذَا وَكَذَا، وَلَكِنْ قُلْ: قَدَّرَ اللهُ وَمَا
شَاءَ فَعَلَ، فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَل الشَّيْطَانِ
“Bersemangatlah
untuk memperoleh apa yang bermanfaat bagimu dan minta tolonglah kepada Allah
dan janganlah lemah. Bila menimpamu sesuatu (dari perkara yang tidak disukai)
janganlah engkau berkata:”Seandainya aku melakukan ini niscaya akan begini dan
begitu,” akan tetapi katakanlah:”Allah telah menetapkan dan apa yang Dia
inginkan Dia akan lakukan,” karena sesungguhnya kalimat ’seandainya’ itu
membuka amalan syaitan.”(HR.Muslim)
B.2.7
Senantiasa mengingat dan menyebut nikmat yang telah diberikan Allah
Subahanahu Wa
Ta’ala, baik nikmat lahir maupun batin.
Firman Allah swt, yang artinya:
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan;
"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat)
kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku
sangat pedih." (Q.S Ibrohim:7)
Dengan melakukan hal ini seseorang terdorong untuk
selalu bersyukur kepada-Nya sampai saat ia ditimpa sakit atau berbagai musibah
lainnya. Karena bila ia membandingkan kenikmatan yang Allah Subhanahu wa Ta'ala
limpahkan padanya dengan musibah yang menimpanya sungguh musibah itu terlalu
kecil. Bahkan musibah itu sendiri bila dihadapi dengan sabar dan ridha
merupakan kenikmatan karena dengannya dosa-dosa akan diampuni dan pahala yang besar
pun menanti.
Adapun cara bersyukur kepada allah dapat dilakukan
dengan:
1. Syukur
dengan hati
Syukur dengan hati dilakukan dengan menyadari
sepenuhnya bahwa nikmat yang diperoleh adalah semata-mata angerah dan kemurahan
Allah.
2. Syukur
dengan lidah
Syukur dengan lidah adalah mengakui dengan ucapan
bahwa sumber nikmat adalah Allah sambil memuji-Nya, seperti mengucapkan
Alhamdulillah jika mendapatkan kenikmatan dari allah.
3. Syukur
dengan perbuatan
Hidup ini bukan hanya teori-teori tanpa diwujudkan
dalam kenyataan, hidup ini bukan hanya omongan atau cukup diwacanakan saja,
tetapi butuh diwujudkan dalam kenyataan jika seseorang ingin meraih impiannya.
Rasa syukurpun tidak cukup di dalam hati saja, atau dalam bentuk ucapan saja,
tetapi harus diwujudkan dalam kenyataan.
B.2.8
Selalu melihat orang yang dibawah dari
sisi kehidupan dunia.
Misalnya dalam masalah rezki karena dengan begitu
kita tidak akan meremehkan nikmat Allah yang diberikan-Nya kepada kita.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
انْظُرُوا إِلَى مَنْ
هُوَ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلاَ تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ، فَإِنَّهُ
أَجْدَرُ أَنْ لاَ تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللهِ عَلَيْكُمْ
“Lihatlah orang yang di bawah kalian dan jangan
melihat orang yang di atas kalian karena dengan (melihat ke bawah) lebih pantas
untuk kalian tidak meremehkan nikmat Allah yang dilimpahkan-Nya kepada kalian.”
(HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Dalam Kitab Nashaihul ‘Ibad karangan Imam Nawawi
Al-Bantani disebutkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Tanda orang celaka ada
empat yaitu : pertama, melupakan dosa-dosa masa lalu padahal semuanya tercatat
dengan rapi di sisi Allah. Kedua, mengenang kebaikan di masa lalu padahal belum
diketahui diterima Allah atau tidak. Ketiga, Dalam urusan dunia selalu memandang
ke yang lebih atas. Keempat, dalam urusan agama selalu memandang ke yang lebih
rendah.
Kemudian disebutkan pula, tanda orang bahagia juga
ada empat. Pertama, mengingat dosa-dosa yang telah lalu. Kedua, melupakan
kebaikan yang pernah ia lakukan. Ketiga, dalam urusan agama senang melihat
kepada orang yang lebih tinggi (dalam ibadah dan ketaatannya kepada Allah).
Keempat, dalam urusan dunia senang melihat kepada orang yang lebih rendah
(sehingga mendorongnya untuk lebih mensyukuri nikmat-Nya).”
B.2.9
Ketika melakukan sesuatu untuk manusia, jangan mengharapkan ucapan terima kasih
ataupun balasan dari mereka namun berharaplah hanya kepada Allah SWT.
Ketika
engkau tidak peduli mereka mau berteri makasih atau tidak dengan apa yang telah
engkau lakukan, sebagaimana firman Allah SWT tentang ucapan-ucapan
hambah-hamba-Nya yang khusus:
إِنَّماَ نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللهِ لاَ نُرِيْدُ مِنْكُمْ
جَزآءً وَلاَ شُكُوْراً
“kami memberi
makan kepada kalian hanyalah karena mengharap wajah Allah, kami tidak
menginginkan dari kalian balasan dan tidak pula ucapan terima kasih.”
(Al-Insan:9)
Demikian
beberapa hal yang bias dilakukan untuk mencapai ketenangan dan kebahagiaan
hidup. Sebagai akhir teruntai doa kepada Rabubul ‘Izzah:
اللّهُمَّ أَصْلِحْ لِي دِيْنِي الَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِي وَأَصْلِحْ لِي دُنْيَايَ الَّتِي فِيْهَا مَعَاشِي، وَأَصْلِحْ لِي آخِرَتِي الَّتِي إِلَيْهَا مَعَادِيْ وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لِي فِي كُلَِّ خَيْرٍ وَالْمَوْتَ رَاحَةً لِي مِنْ كُلِّ شَرٍّ
“
Ya Allah, perbaikilah bagiku agamaku yang agama ini merupakan penjaga
perkaraku, dan perbaikilah bagiku duniaku yang aku hidup di dalamnya, dan
perbaikilah bagiku akhirat yang merupakan tempat kembaliku, dan jadikanlah
hidup ini sebagai peristirahatan bagiku dari seluruh kejelekan.”(HR.Muslim)
B.2.10
Kekuatan Mental
Meraih
sukses selain berfikir positif, juga diperlukan kekuatan mental. Kadang-kadang
kita merasakan kehilangan kekuatan atau kekuatan itu muncul.
Didalam
diri kita terdapat 2 bentuk keyakinan, yaitu keyakinan yang menguatkan kita dan
sebaliknya, yang tidak menguatkan kita. Jika kita telaah kembali komposisi
manuisa, secara dasar, manusia terdiri atas empat bagian, yaitu fisik, mental,
emosi, dan spiritual.
Ada
7 penyebab yang secara psikologis membatasi kekuatan kita, yang melemahkan
mental kita untuk meraih sukses, antara lain:
1. Saya
terlalu sibuk
2. Saya
tidak pandai
3. Saya
tidak berbakat
4. Saya
tidak cantik atau ganteng
5. Saya
tidak beruntung
6. Saya
tidak kaya
7. Saya
orang biasa-biasa saja
Selain
10 langkah menuju sukses dalam islam, ada beberapa konsep sukses menurut Islam:
B.3
Konsep Sukses menurut Islam
B.3.1 Dengan
menyebut Bismillahirrahmanirrahim
Dengan
menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang, artinya dalam
setiap langkah kita, kita harus mengawalinya dengan doa/bacaan Basmalah. Setaip
kita akan melakukan kegiatan haruslah didasari niat yang lurus dan baik.
B.3.2
Dengan menyebut La Haula Wa La Quwwata Illa Billahil’aliyyil’Adzim
Tidak
ada daya dan kekuatan kecuali hanya dari Allah SWT, artinya saat kita mulai
melangkah haruslah sungguh-sungguh dalam melakukan pekerjaan itu, berdoa dan
berusaha. Berserahlah kepada Allah SWT karena Dialah yang Maha Dasyat
kekuatanya. Pada hakekatnya hanya Allah SWT yang bias membuat kita berhasil
atau gagal dalam melakukan usaha. Janganlah menyombongkan diri dengan
kepandaian kita. Kekayaan kita karena Allah SWT yang maha menentukan.
B.3.3
Dengan menyebut Alhamdulillahirrabbil’alamin
Setelah
kita meluruskan niat, berdoa dalam berusaha dan mengarahkan semua kemampuan
untuk mencapai keberhasilan, yang terakhir perlu kita lakukan adalah selalu
Bersykur. Bersyukur saat nanti kita mencapai keberhasilan, dan tetap bersykur
jika usaha kita gagal.
Saat
orang bersykur karena keberhasilanya, itu sudah sering terjadi, namun bila kita
bersykur saat kita mengalami kegagalan, itu yang sangat luar biasa. Karena
kebanyakan orang saat berhasil dia lupa siapa yang pada hakekatnya membuat dia
berhasil, dan asaat gagal dia mengumpat Allah habis – habisan.
Saat
seseorang tetap bersykur meski dalam kondisi terpuruk, maka dia tetap sukses
dalam hidupnya.
B.4
Kiat Menjadi Unggul Dalam Islam
Allah
Ajja Wa
Jalla adalah Dzat yang Maha Sempurna segala – gala –Nya, Maha luas tak terbatas
pengetahuan –Nya. Sangat pasti hanya Allah – lah Dzat yang Maha Memiliki segala
keagungan, Kemuliaan dan Keunggulan. Sunggu beruntung bagi siapapun yang
dikaruniai oleh – Nya potensi dan bakat untuk unggul. Lebih beruntung lagi bagi
siapapun yang dikaruniai kemampuan untuk mengoptimalkan potensi dan bakatnya
sehingga menjadi manusia unggul dan prestatif. Namun, betapa banyak pula orang
yang cukup potensial tetapi tidak menjadi unggul. Betapa banyak orang yang
memiliki bakat terpendam dan tetap “terpendam”, tidak tergali karena tidak tahu
ilmu untuk mengoptimalkannya. Padahal tiap orang pada dasarnya memiliki potensi
untuk unggul, termasuk kita. Berikut ini beberapa kiat menjadi pribadi unggul
dan prestatif.
B.4.1
Percaya Diri
Bagi
orang yang ingin memacu percepatan dirinya, maka waktu adalah kuncinya.
Sebab
sesungguhnya waktu adalah hidup kita. Orang bodoh adalah orang yang diberi
modal hidup berupa waktu kemudian ia sia-siakan. Ada tiga kelompok orang yang
menggunakan waktu, yaitu :
a.
Orang Sukses
Yaitu orang yang
menggunakan waktu dengan optimal, salah satu cirinya adalah ia melakukan
sesuatu hal yang tidak diminati oleh orang gagal.
b.
Orang Malang
Yaitu orang yang
hari-harinya diisi dengan kekecewaan dan selalu memulai sesuatu pada keesokan
harinya.
c.
Orang Hebat
Yaitu orang yang
bersedia melakukan sesuatu sekarang juga. Bagi orang hebat tidak ada hari
esok,dia berkata bahwa membuang waktu bukan saja kejahatan tetapi suatu
pembunuhan yang kejam.
Karena
mengetahui dan menyadari akan pentingnya waktu berarti memahami pula nilai
hidup dan kehidupan ini. Oleh karena itu, yang pertama dan utama yang harus
dilakukan untuk menjadi pribadi unggul adalah pantang menyia-nyiakan waktu.
Kita tidak boleh melakukan sesuatu dengan sia-sia, sebab semua yang dilakukan
sangat pasti memakan waktu, sedangkan waktu itu sangat berharga. Tidak mungkin
kita melakukan yang sia-sia (Mubadzir), bukankah perbuatan mubadzir itu adalah
perbuatan syetan, Allah SWT berfirman : “Sesungguhnya pemboros-pemboros itu
adalah saudara-saudara syetan, dan syetan itu sangat ingkar pada Tuhan –Nya
“.(QS. Al Israa (17:27))
Lihatlah
hidup keseharian kita, seringkali secara sadar atau tidak telah banyak
melalaikan waktu. Anehnya tidak jarang setengah mati kita menjaga harta kita
supaya tidak hilang dicuri orang, tapi jarang menjaga waktu agar tidak dicuri
dengan hal-hal yang sia-sia.
B.4.2 Sistem
Yang Kondusif
System
yang kita masuki itu aka sangat mempengaruhi percepatan diri kita, salah dalam
memilih system, memilih lingkungan maka akibatnya pun akan segera kita rasakan.
Maka barang siapa ingin memilki percepatan diri yang baik untuk menjadi unggul,
maka harus bias mencari system dan lingkungan atau teman-teman yang
berkualitas. System yang memiliki keunggulan dari standar biasa, lingkungan
yang memuliakan perilaku yang terjaga, teman yang memiliki kehalusan budi
pekerti yang tinggi. Apa bila kita memasuki dalam system seperti ini, maka
imbasnya pada diri kita juga. Percepatan kita akan trekontrol untuk menjadi
unggul dan bermutu. Lembaga atau organisasi yang memiliki system yang unggul, banyak
yang telah membuktikan dirinya tampil dalam kehidupan bermasyarakat lebih maju
dan lebih bermutu. Maka kalau ingin memiliki pribadi yang unggul, tangguh dan
prestatif, pastikan untuk tidak salah dalam memilih pergaulan. Sebab salah
dalam memilih pergaulan lingkukngan, salah dalam memilih system, berarti telah
salah dalam memilih kesuksesan. Ingatlah pepatah “Bergaul dengan tukang minyak
wangi akan kebawa wangi, bergaul dengan besi akan membawa bau bakaran”.
B.4.3 Berdaya
Saing Positif
Dalam
setiap kesempatan dan lingkungan,kita harus memiliki naluri berdaya saing
positif. Kalau tidak, pasti kita akan berat menghadapi hidup ini.
Majalah “panji” perna memberitakan bahwa beberapa tahun lagi
Universitas – Universitas luar negeri, seperti Oxford, Harvad, UCLA, Stanford
dan Universitas beken lainya, akan masuk ke Indonesia. Kenyataan ini akan
membuat miris beberapa Perguruan Tinggi. Sikap ini nampaknya dipicu kenyataan
adanya kesenjangan kualitas Perguruan Tinggi dalam negeri dan Perguruan Tinggi
Luar Negeri.
Bagi
Perguruan Tinggi yang tidak memiliki mental berdaya saing positif, akan membuat
mereka panic, kalang kabut karena takut kesaingan. Melihat kenyataan yang sama
atau lebih darinya, maka akan dianggap sebuah ancaman yang seolah-olah akan
menghancurkanya. Namun bagi yang memiliki mental bersaing yang positif, hal itu
justru akan ditanggapi dengan sengan hati solah-olah dia mendapatkan sparing
partner yang akan memacunya lebih berkualitas lagi. Sebab mereka yang tidak
diberi pesaing, kadang-kadang tidak membuat mereka maju.
Pepatah
mengatakan bahwa “ lebih baik menjadi juara dua diantara juara umum, dari pada
jadi juara satu dari yang lemah,atau juara utama dari yang bodoh”. Karena yang
terpenting bukan jadi juaranya, tapi bagai mana caranya kita memompa kemampuan
optimal dalam menjalani kehidupan. Lebih baik juara dua diantara juara dari
pada juara umun diantara yang kalah. Sahabat-sahabat sekalian, kita janganlah
sebel jika melihat orang lain lebih baik dari kita, karena orang-orang yang
suka iri hati, sebel dongkol kepada prestasi orang lain,biasanya tidak akan
unggul. Berani bersaing secara sehat dan positif adalah kunci menuju gerbang
kesuksesan.
B.2.4
Mampu Bersinergi (Berjamaah)
Menurut
Steven R. Covery, mencantumkan sinergi sebagai salah satu dari tujuh kebiasaan
yang efektif. Dalam bersinergi atau berjamaah akan tercermin perbedaan nilia
tiap individu, yang kalau kita mampu mengolahnya akan melahirkan team work yang
solid, dimana nilai hasilnya akan jauh lebih besar, lebih dasyat atau lebih
unggul dibandingkan kalau dilakukan sendiri-sendiri. Makin besar kekuatan
sinerginya dalam setiap kali berinteraksi dengan yang lain, maka akan semakin
besar pula kemampuan yang dihasilkan, itulah diantara kunci menjadi unggul.
B.2.5
Manajemen Kalbu
Bagi
pribadi yang ingin unggul dan prestatif maka dia harus mampu mengendalikan
suasana hatinya, karena orang itu tergantung suasana hatinya. Kalau hatinya
merasa gembira, maka dia gembira. Kalau hatinya sedang sedih maka sedih pula
dirinya, kalau hatinya lagi dongkol, ngambek, maka seperti itulah dirinya.
Semua tergantung pada suasana hatinya, maka bagi orang yang tidak mampu
mengendalikan/mengolah hatinya akan merasa repot dalam menghadapi hidup ini.
Rasulallah SAW bersabda “ingatlah dalam tubuh manusia itu ada segumpal daging.
Kalau segumpal daging itu baik, maka akan baiklah seluruh tubuhnya, tetapi bila
rusak, niscaya akan rusak pula seluruh tubuhnya. Segumpal daging itu bernama
hati”,(HR.Bukhari – Muslim).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam penulisan tugas ini, kami memberi kesimpulan secara
garis besar sebagai berikut:
1.
Langkah-langkah Menuju Sukses Dalam Islam :
a. Beriman dan
beramal shalih.
b. Banyak Mengingat
Allah SWT (Berdzikir).
c. Bersandar Kepada
Allah dan tawakkal pada-Nya, yakin dan percaya pada-Nya dan
semangat untuk meraih
keutamaan-Nya.
d. Berbuat baik
kepada mahluk dalam bentuk ucapan maupun perbuatan dengan ikhlas
kepada Allah dan mengharap
pahala-Nya.
e. Ridha terhadap
takdir Allah SWT.
f. Mencurahkan
perhatian dengan apa yang sedang dihadapi disertai permintaan
tolong kepada Allah Shubahanahu wa Ta’ala.
g. Senantiasa
mengingat dan menyebut nikmat yang telah diberikan Allah Subahanahu Wa
Ta’ala, baik nikmat lahir maupun batin.
h. Selalu melihat
orang yang dibawah dari sisi kehidupan dunia.
i. Ketika
melakukan sesuatu untuk manusia, jangan mengharapkan ucapan terima kasih
ataupun balasan dari mereka namun berharaplah hanya kepada Allah SWT.
j.
Kekuatan
Mental.
2.
Langkah-langkah
Konsep Sukses Menurut Islam:
a.
Dengan
menyebut Bismillahirrahmanirrahim.
b.
Dengan
menyebut La Haula Wa La Quwwata Illa Billahil’aliyyil’Adzim.
c.
Dengan
menyebut Alhamdulillahirrabbil’alamin.
3.
Kiat
Menjadi Unggul Dalam Islam:
a. Percaya Diri.
b. Sistem Yang
Kondusif.
c. Berdaya Saing
Positif.
d. Mampu Bersinergi
(Berjamaah).
e. Manajemen Kalbu.
B. Saran
Dalam
meraih kesuksesan bukan hanya diukur dari duniawi saja tapi juga kesuksesan akhirat, selalu
ingatlah kepada Allah SWT, dan jangan pernah memiliki pikiran yang dapat
melemahkan mental kita.
Demikian
beberapa hal yang bisa dilakukan
untuk mencapai ketenangan dan kebahagiaan hidup. Sebagai akhir teruntai doa
kepada Rabubul ‘Izzah:
اللّهُمَّ أَصْلِحْ لِي دِيْنِي الَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِي وَأَصْلِحْ لِي دُنْيَايَ الَّتِي فِيْهَا مَعَاشِي، وَأَصْلِحْ لِي آخِرَتِي الَّتِي إِلَيْهَا مَعَادِيْ وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لِي فِي كُلَِّ خَيْرٍ وَالْمَوْتَ رَاحَةً لِي مِنْ كُلِّ شَرٍّ
“
Ya Allah, perbaikilah bagiku agamaku yang agama ini merupakan penjaga
perkaraku, dan perbaikilah bagiku duniaku yang aku hidup di dalamnya, dan
perbaikilah bagiku akhirat yang merupakan tempat kembaliku, dan jadikanlah
hidup ini sebagai peristirahatan bagiku dari seluruh kejelekan.”(HR.Muslim)
DAFTAR
PUSTAKA
1. Situs PribadiMoeslim
oleh Muslim Hasbiyalloh, Post Jum’at 21 Februari 2014
2. Situs CuteNengsih,
Post 5 Desember 2012

Tidak ada komentar:
Posting Komentar